Cerita Seks Sedarah Kak Ochi

Cerita Seks Sedarah Kak Ochi, Kakakku yang Seksi dan Nakal, cerita sex dewasa remaja hanya di memekigo.com
“Adeeeekkk… bangun..!!”
“Udah jam segini, ntar terlambat kamu sekolahnya…” teriaknya lagi sambil menarik selimutku.

 Kak Ochi
“Hoaam…. Iyaaaa”
Ku coba membuka mataku yang masih terasa berat, soalnya tadi malam aku tidak bisa tidur karena begitu menanti-nantikan datangnya hari ini. Namun saat ku lihat ada sosok indah di depanku, tiba-tiba mataku langsung jadi melek.
Selama tiga hari belakangan ini aku juga tidak berbuat macam-macam pada kakakku, aku juga tidak onani. Sengaja menyimpan semuanya untuk hari ini buat abg telanjang
“Dek, selamat ulang tahun yah…” ucapnya dengan senyum manis mengembang. Indah sekali rasanya pagi-pagi sudah disuguhi senyum manisnya.
“Eh, iya… makasih kak…” kataku sambil senyum-senyum mesum, berharap dia tidak lupa dengan janjinya waktu itu, yang memperbolehkanku melampiaskan segala fantasiku tentang dia.
“Napa kamu senyum-senyum gitu? Hihihi.. Iya-iya kakak tahu… tapi sekolah dulu sana…” ujarnya sambil membuka daun jendela kamarku.
“Yah… hari ini libur dong kak, masa sekolah juga… gak puas ntar, hehe” kataku malas. Aku harus betul-betul memanfaatkan hari ini dengan baik! Ku lihat Kak Ochi tampak berfikir sambil tersenyum-senyum padaku.
“Dasar, masa sampai bolos sekolah sih… Hmm… Ya udah, kakak juga libur deh kuliahnya, kakak bakal temani kamu seharian…” katanya setuju. Yes, Aku senang bukan main, kakakku ini memang baik.
“Hehe, makasih kak”
“Iya iya iya… udah, sarapan dulu deh kalau gitu, udah kakak siapin tuh”
“Oke kak…”
Dengan semangat empat lima aku bangkit dari tempat tidur, begitu tidak sabarnya untuk melalui hari ini yang indah ini. Dimulai dengan sarapan bersamanya? Suatu awal yang bagus ku rasa. Pakaiannya pagi ini juga menggoda seperti biasa, hanya mengenakan celana pendek dan tanktop, ketegangan penisku tentu saja tidak dapat dihindari.
Di atas meja makan sudah terhidang nasi goreng spesial buatan kak Ochi, bahkan kali ini terlihat lebih istimewa dengan garnish yang menghiasinya. Sepertinya dia sudah bangun dari tadi untuk mempersiapkan ini semua untukku. Baiknya dia.
“Enak banget kak nih kelihatannya, sempurna”
“Hahaha, Iyah… makasih. Yuk makan… sini kakak suapin deh, mau gak?” tawarnya, aku hanya mengangguk-angguk kesenangan.
Dia duduk di sebelahku dan mulai menyuapiku. Indah sekali saat ini, serasa pasangan suami istri yang baru menikah saja. Tapi bukan kak Ochi namanya kalau gak suka godain adeknya ini, sesekali saat akan menyuapiku, dia malah menyuapi dirinya sendiri, jadilah hanya angin yang masuk ke mulutku yang membuka lebar. Pakai tertawa cekikikan segala dia. Tapi gak masalah sih, aku juga suka keadaan begini. Menandakan hubungan kami yang memang akrab sebagai kakak adik.
“Fuaahh.. kenyang kak” kataku puas setelah selesai makan.
“Gimana? Enak kan? enak dong pastinya… kakakmu gitu lho…” katanya membanggakan diri.
“Iya, enak banget kak, apalagi disuapin.. hehe..”
“Ya udah… istirahat bentar, tenangin dulu tuh perutnya”
“Terus kak? Habis itu?”
“Maunya kamu apa?” tanyanya balik sambil tersenyum manis. Glek, aku menelan ludahku. Terlebih saat itu aku melihat puting susunya yang nyetak dari balik tanktopnya, tampak tegak menantang. Tapi anehnya aku malah jadi bingung harus dimulai dari mana, padahal aku sudah mempersiapkan banyak khayalan cabul untuk hari ini.
“Ngg… apa yah kak…”
“Hihihi.. grogi yah kamunya? Ya udah tenangin dulu aja perutnya.. ntar kalau udah bilang kakak. Hari masih panjang kok…” katanya bangkit dari tempat duduk lalu membereskan piring dan membawanya ke dapur. Sial! kenapa aku jadi grogi gini sih.
Ku biarkan perutku tenang dulu sambil menonton acara tv, kekenyangan sih. Sambil nonton, sesekali mataku melirik ke arah kakakku yang sedang asik beres-beres rumah. Kakakku ini memang rajin, udah gitu jago masak lagi, cantik dan juga baik, kurang apa lagi coba, kurang belum sempat ku setubuhi saja, hehehe.
“Kak…”
“Hmm? Apa dek?” dia berhenti nyapu dan mendekat ke arahku.
“Apa?” tanyanya lagi sambil duduk di sebelahku. Sial, aku jadi berdebar-debar. Hilang lagi apa yang mau aku ucapkan.
“Kepengen kakak telanjang ya? Kalau iya bilang aja…” katanya mencoba menebak keinginanku, dan memang benar tebakannya itu.
“B-boleh kak” jawabku.
“Pengen sekarang?”
“I-iya kak, sekarang”
“Beneran?” Duh, apaan sih dia, lama amat.
“Iya kaaaaak…”
Dia hanya tersenyum, kemudian bangkit dan mundur selangkah. Dia mulai membuka pakaian yang melekat ditubuhnya. Tanktop kemudian celana pendeknya, menyisakan celana dalam krem yang berenda. Aku lagi-lagi berdebar melihat pemandangan ini, padahal aku sudah pernah melihat dia telanjang sebelumnya. Dengan masih mengenakan celana dalam, dia malah berpose imut dengan menyilangkan tangan di dadanya, seakan berusaha menutupi buah dadanya itu, bikin aku gregetan aja.
“Ayo…. ngaceng yah?” godanya. Tentu saja ngaceng, siapa juga sih yang nggak. Dia senyum-senyum saja melihatku yang salah tingkah.
“Adeeek… copotin celana dalam kakak dongggg” katanya mendesah, membuat aku menelan ludah dan semakin salah tingkah.
“Lho, kok diam dek? Ayo dong…. Mau kakak telanjang gak?” Duh, mana bisa tahan aku. Penisku sudah menegang maksimal di dalam celana.
“I-iya kak” jawabku dengan suara bergetar saking groginya. Aku turun dari kursi dan berlutut di depan kak Ochi. Aku betul-betul berdebar, bagaimana tidak, sensasi menurunkan celana dalam cewek ini lho, mana pernah aku melakukan hal ini sebelumnya.
Ku selipkan jariku di pinggir celana dalamnya dan mulai menariknya turun secara perlahan. Aku betul-betul menikmati sensasi ini meskipun dadaku berdebar dengan kencang.
“Nikmati aja dek.. gak usah buru-buru nariknya” ujarnya pada adek laki-lakinya yang sedang berusaha menanggalkan celana dalam kakaknya ini.
“I-iya kak”
Ku turunkan lagi celana dalamnya itu dengan perlahan hingga akhirnya vaginanya terlihat. Seketika aroma wangi vaginanya masuk ke hidungku, begitu menggoda dan memancing hasrat kelaki-lakianku. Kak Ochi kemudian mengangkat kakinya untuk membantuku melepaskan celana dalam itu melewati kakinya. Dengan sembarangan ku lempar celana dalamnya itu.
“Heh! lempar sembarangan aja! itu celana dalam kakak tau!” protesnya, aku hanya cengengesan saja. Kini dia sudah telanjang di depanku, tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya!
“Nih… kakak lepasin juga yang lain” katanya sambil melepaskan ikat rambut, kalung, dan antingnya. Sekarang dia betul-betul telanjang bulat! polos tanpa ada apapun yang menempel di tubuhnya! Sensasional banget. Aku sampai tidak dapat berkata-kata dibuatnya. Kak Ochi hanya senyum-senyum saja melihat adeknya yang terbengong-bengong melihat ketelanjangannya ini.
“Dek, kakak nyapu dulu yah.. belum selesai nih…” katanya menyadarkanku. Wah, kayaknya asik nih liat dia yang sedang bugil lagi beres-beres rumah.
“Iya kak… lanjut aja, hehehe…”
Kak Ochi hanya tersenyum saja, sepertinya dia tahu kalau memang itu yang aku inginkan, melihat kakaknya yang cantik beres-beres rumah sambil telanjang bulat. Dia lanjutkan acara menyapunya lagi. Dengan santainya dia beres-beres rumah seperti biasa, padahal dia sedang telanjang bulat sekarang ini, satu lagi fantasiku terkabul.
Yang membuat aku cukup berdebar karena pintu depan yang masih terbuka, apalagi dia menyapu hingga sampai di depan pintu, meski tidak sampai keluar rumah.
“Berani nyapu sampai ke teras depan gak kak?” tantangku iseng.
Kak Ochi melirik sejenak padaku, lalu celingukan memperhatikan keadaan di luar. Nafasku jadi tertahan, dia berjalan keluar rumah! Gila, ternyata nekat juga kak Ochi berani menerima tantanganku. Aku jadi semakin deg-deg kan saja, kakakku yang cantik bening, sedang menyapu bugil di teras depan! Bagaimana kalau ada orang lewat dan menoleh ke arah sini. Tentu saja orang itu akan menemukan sosok gadis muda yang putih mulus sedang telanjang bulat. Apalagi kalau orang itu tetangga-tetangga kami, yang biasanya mengenal dan melihat kakakku selalu tertutup dan berjilbab kalau keluar rumah. Tapi memikirkan kalau ada orang mendapati kakakku sedang bertelanjang bulat malah membuat penisku tegang, walaupun aku tidak benar-benar menginginkan hal itu terjadi.
Untung saja dia tidak lama-lama berdiri di sana dan kembali masuk ke dalam dan menutup pintu, aku jadi dapat bernafas lega lagi.
“Berani amat kak, kalau ada orang liat gimana tuh tadi?”
“Biarin, tapi kamu suka kan? ngakuuu…” tanyanya balik. Aku hanya cengengesan saja. Iya sih suka, tapi kan ngeri juga.
Lama-kelamaan ku lihat sesekali kakakku mengusap-ngusapkan tangannya ke tubuhnya sendiri. Sepertinya dia mulai kedinginan, wajar saja karena hari masih pagi, apalagi dia sedang telanjang bulat. Kasian juga liatnya.
“Dingin kak?” tanyaku padanya, dia hanya tersenyum manis saja.
“Pakai aja bajunya kak kalau dingin…” suruhku karena tidak tega juga melihat dia kedinginan.
“Hmm.. gak dingin kok, udah.. gak papa kok” jawabnya sambil tetap tersenyum, seakan berusaha tetap menuruti fantasiku pada dirinya.
“Kalau gitu ke kamar aja yuk kak…”
“Hah? Kakak lagi bugil gini diajakin masuk kamar? Ayo… kakak mau diapain nih dek?”
“Biar lebih anget aja kak, lagian kan katanya boleh seharian ini kakaknya aku apa-apain, hehehe…”
“Iya-iya… dasar kamu” Kak Ochi akhirnya setuju dimasukin ke kamar. Dia melirik sambil senyum-senyum ke arahku seperti berusaha mencari tahu kalau-kalau aku punya niat mesum terselubung.
“Ya udah, yuk dek.. masukin kakak ke kamar” sambungnya lagi. Glek, aku menelan ludah mendengar omongannnya ini, pikiranku jadi melayang kemana-mana.
“Ayo dong… katanya mau angetin kakak, masukin dong kakakmu ke kamar” glek, glek, glek, aku jadi menelan ludah berkali-kali karenanya. Apalagi dia mengatakan itu sambil mendesah dan menatap nakal padaku. Aku tidak tahan lagi!!! Saking tidak tahannya ku gendong juga tubuhnya dan membawanya ke kamarnya.
“Aw… dek! Gila kamu pake gendong-gendong segala…” katanya terkejut karena tiba-tiba digendong olehku. Untung dia tidak marah beneran, malah cekikikan geli karena ulahku ini. Ku buka pintu kamar dan merebahkan tubuh bugil kakakku ke ranjang.
“Aw.. pelan-pelan! rusak ntar tempat tidur kakak!” protesnya. Aku hanya cengengesan saja. Dia lalu mengambil selimut dan menyelimuti tubuh telanjangnya seadanya dengan kain selimut itu. Satu buah dadanya masih terbuka, begitupun pahanya yang mulus. Pose yang sangat menggiurkan, apalagi dia malah menatapku sambil tersenyum manis, makin tidak tahan aku dibuatnya. Ku buka juga baju dan celanaku hingga akhirnya aku juga jadi ikut-ikutan telanjang bersama kak Ochi di dalam kamarnya.
“Eh, mau ngapain kamu dek? malah ikutan telanjang gitu…”tanyanya dengan ekspresi cemas, entah dia benar-benar cemas atau hanya pura-pura aku juga tidak tahu.
Kini kami berdua sudah sama-sama telanjang bulat di dalam sini. Suasana yang sangat mesum tercipta, tanpa lama-lama menunggu, langsung aku melompat terbang ke ranjang menghimpit tubuhnya.
“Dek… sakit! Gila kamu! Kontrol diri dek! Deeek… geli!” teriaknya karena tiba-tiba dihimpit oleh tubuhku, ku pikir dia betul-betul kesakitan tapi ternyata dia juga sesekali cekikian kegelian. Aku cuek saja dan tetap memeluk tubuhnya yang masih dibalut selimut seadanya itu.
“Duh… dek! bentar! kakak mau ngomong…!!” teriaknya lagi sambil mendorong tubuhku sehingga pelukanku terlepas.
“M-maaf kak” kataku akhirnya dapat menenangkan diri.
“Kamu ingat kan apa kata kakak bilang kalau gak boleh sampai gitu-gituan?”
“I-iya kak” jawabku grogi takut dia marah dan membatalkan acara ini.
“Hihi.. gak usah takut gitu dek… kakak gak marah kok, cuma ngingetin aja” ujarnya sambil tersenyum, aku lega ternyata dia tidak benar-benar marah.
“Mau lanjut meluk kakak gak nih? Tapi awas jangan sampai nyelip tuh burungmu!” katanya lagi.
“I-iya kak… j-janji gak nyelip”
Kak Ochi tersenyum manis padaku, menandakan dia percaya kalau aku tidak akan berbuat macam-macam hingga sampai menyetubuhinya. Dia lalu membuka lebar-lebar selimut yang tadi menutupi tubuhnya, kemudian dengan gaya nakal menyuruhku mendekat dengan isyarat telunjuk. Tanpa menunggu langsung saja aku terkam lagi dirinya, membuat dia lagi-lagi tertawa cekikikan kegelian.
Jadilah kini tubuh telanjang kami saling berhimpit dan berpelukan, aku di atas dan dia di bawah. Kulitku bersentuhan langsung dengan kulitnya yang mulus dan licin, harum khas tubuhnya membuatku semakin terbuai dan merasa nyaman. Penisku tegang bukan main, tepat berada di atas selangkangannya. Dia sendiri sebenarnya berusaha sedikit memiringkan pinggangnya agar vaginanya tidak lurus berhadapan dengan penisku, pahanya juga ditutup rapat-rapat.
Sambil memeluk, tanganku mencoba menggerayangi bagian tubuhnya yang lain, seperti bahu, leher, perut dan tentunya payudaranya. Tubuhku juga ku gesek-gesekkan ke tubuhnya, memberikan sensasi luar biasa. Jantungku semakin berdebar saat dadaku bergesekan dengan puting payudaranya yang tegak mancung.
“Hihihi.. Dek, gitu banget debaran jantungmu?” ujarnya yang ternyata ikut merasakan debaran jantungku.
“Kakak juga tuh… hehehe”
“Yee… kakak berdebar karena takut ntar kamu nyelip” alasannya. Aku tertawa mendengarnya, dia hanya senyum saja sambil mencubit hidungku.
“Kak..”
“Hmm? Apa dek?”
“Boleh cium kakak?”
“Cium yang mana dulu nih? Pipi atau bibir kakak?” tanyanya balik.
“Kalau bibir boleh?”
“Hmm.. boleh gak yaaahh…” godanya. Aku berharap dia membolehkanku mencium bibirnya, aku penasaran banget bagaimana rasanya. Ku pasang wajah memelas padanya agar dibolehkan.
“Boleh deh… dasar mesum!” setujunya sambil mendorong keningku pakai ujung telunjuknya.
“Hehehe.. makasih kak” aku senang tak terkira, ciuman pertamaku ku dapat dari kakakku sendiri. Entahlah bagi kakakku apa ini juga akan menjadi ciuman pertamanya. Aku tidak tahu juga saat dia pacaran dulu apa dia sudah pernah ciuman.
Ku dekatkan wajahku sehingga wajah kami saling behadapan, mata kami juga saling betatapan, sekali lagi dia tersenyum manis padaku. Aku dapat merasakan helaan nafasnya, membuatku makin berdebar karenanya. Segera ku ciumi bibirnya, yang pertama hanya sekedar mengecup sebentar saja. Saat mencoba yang kedua, kecupanku sedikit lebih lama. Ciuman selanjutnya aku coba mengulum bibirnya yang mungil itu, bahkan kemudian aku mulai berani memasukkan lidahku ke dalam mulutnya, awalnya dia seperti terkejut karena aksiku ini, tapi akhirnya diapun pasrah dan ikut memainkan lidahnya sehingga lidah kami saling membelit satu sama lain.
“Ngmmhh.. belajar dari mana kamu dek? Udah sering ciuman yaaaah?” tanyanya saat ciuman kami berhenti.
“Gak pernah kok kak, liat di bokep doang” jawabku. Dia hanya tersenyum sambil mencubit gemas hidungku.
Ku putar tubuhku sehingga kini kami bertukar posisi, sekarang dia yang berada di atas dan aku yang berada di bawah. Berat tubuhnya yang menghimpitku memberi sensasi yang berbeda, penisku jadi makin tertekan ke arah selangkangannya.
“Ups, hampir aja nyelip, hahaha” katanya sambil tertawa, padahal aku berharap benar-benar nyelip.
“Lagi dek? Puas-puasin deh kamunya cium dan meluk kakak hari ini… tapi inget kontrol diri yah..” ujarnya.
“I-iya kak”
Ku cium bibirnya lagi dan lagi, memainkan lidahku di dalam mulutnya dan dia juga memainkan lidahnya dalam mulutku. Kami betul-betul saling membagi air liur saat itu. Dalam posisi ini aku juga lebih leluasa untuk memeluk pinggang serta meremas pantatnya. Sesekali dia mengerang dan melotot padaku saat remasan tanganku terlalu keras. Kami terus bercium-ciuman hingga tanpa terasa badan kami mulai memanas.
“Benar kan kak… jadi anget kan? tuh kakaknya jadi berkeringat gitu?” kataku saat melihat peluh mulai membasahi keningnya.
“Kamu juga tuh keringatan, kakak keberatan yah dek?” katanya sambil mengusap keringat di keningku dengan tangannya.
“Gak kok kak… kalau yang himpit kakakku yang cantik sih gak masalah, hehehe”
“Gom-bal…” dia cium lagi bibirku. Kami lanjutkan lagi acara cium-ciuman yang mesra dan intim ini. Ciuman kami semakin panas, sepanas badan kami yang sudah mulai berkeringat. Tanganku juga makin kelayapan di tubuhnya. Sekarang kak Ochi tidak mempermasalahkan lagi bila aku meremas pantatnya terlalu keras. Cukup lama kami melakukan aksi ini, aku sendiri tidak pernah bosan. Rasanya ingin terus dan terus. Tapi akhirnya dia lepaskan juga ciumannya dan bangkit duduk di pahaku.
“Udah ah ciumannya, gak pegal apa mulut kamu?” katanya sambil menyeka liur di sela bibirnya, aku tidak tahu juga liur itu milikku atau miliknya.
“Gak kak, lagi dong…” pintaku yang belum puas. Dia tersenyum manis kemudian merebahkan badannya lagi, kamipun lanjut berciuman lagi. Cukup lama.
“Sekarang udah? Gak bosan kamu apa? lihat tuh ilermu kemana-mana” katanya sambil mengusap liur di daguku dengan jarinya, lalu mengulum jarinya itu sambil tersenyum manis padaku. Seksi gila!
“Tumben kamu lama muncratnya? Jangan ditahan-tahan dek… keluarin aja kalau mau, bebas kok hari ini.. hihihi”
“Hehehe… ntar deh kak, tunggu saat yang tepat”
“Nunggu apaan?” katanya menatap curiga. Aku hanya cengengesan saja.
“Ayo bilang nunggu apaan? Mau ngapain kamu? Ngaku!” desaknya sambil mencubit pinggangku.
“Ngent-, ups.. gitu-gituan sama kakak, Hehe”
“Kamu ini bandel amat sih dek, udah kakak bilang gak boleh!”
“Yah.. kak… boleh dong…” pintaku memelas sambil meraba-raba paha mulusnya.
“Dasar… Segitunya pengen ngent-, ups… gitu-gituan sama kakak.. hihihi” balasnya. Aku juga jadi tertawa kecil saat dia ikut-ikutan pura-pura salah ngomong ngucap kata ngentot.
“Iya nih kak.. pengen banget ngentotin kakak” kataku tanpa segan lagi nyebut kata itu.
“Hah? Kamu ngomong apa tadi barusan? Ayo bilang lagi” katanya sambil mendekatkan kupingnya ke bibirku.
“Pengen ngentotin kakak…” kataku lagi.
“Kamu ini, gak ada bahasa lain apa? geli dengarnya… jorok!”
“Lebih enak kak… lebih gimana gitu.. hehe”
“Dasar, emang porno adeknya kakak ini.. hihihi… ya udah deh, terserah kamu, kakak bolehin deh hari ini kamu ngomong jorok-jorok ke kakak, tapi tetap aja gak boleh ngentotin kakak!” katanya tegas. Yaaah… pengen banget padahal, ya sudah lah, daripada nanti makin runyam, ku turuti saja dulu.
Ku tarik lagi dianya sehingga dia jatuh lagi ke pelukanku. Kemudian ku putar lagi tubuhku sehingga aku kembali berada diatasnya, menghimpit tubuh kakakku, serta menciumi wajah dan bibirnya sesuka hati, wajahnya bahkan sampai berlumuran air liurku.
“Pelan-pelaaaaaann, geli!” erangnya. Tapi aku tidak peduli, ku terus menggerayangi tubuhnya. Penisku bahkan sampai nyelip di antara pahanya. Kembali percumbuan panas ini memancing keringat kami untuk mengucur lebih deras.
Tanpa meminta persetujuan darinya, ku beranikan diri mengulum puting payudaranya yang tegak mancung sedari tadi. Memainkan lidahku di putingnya serta menjilati seluruh permukaan buah dadanya yang putih mulus itu sesuka hatiku.
“Nggghhh…. Dek, udaaaaaaah… geli” erangnya sambil memegang kepalaku dan berusaha mendorongnya. Tapi aku malah jadi tambah semangat memainkan buah dadanya karena ulahnya itu. Lidahku makin buas menjilati puting payudaranya yang semakin tegak, tanganku juga mulai berani meremas buah dadanya yang satunya lagi.
“Ngmmhhh… duh, geli dek… hihihi” Suara erangannya terus saja terdengar, bahkan sesekali cekikikan geli, membuat aku jadi tambah semangat. Rasanya aku tidak ingin berhenti.
“Tok-tok-tok” terdengar suara ketukan pintu. Kampret!! Baru juga mulai asik ada aja yang nganggu.
“Tok-tok-tok”
“Ochiii” terdengar suara wanita memanggil kakakku. Dari suaranya aku dapat mengenali kalau itu kak Tia, temannya kak Ochi yang sesekali datang ke sini.
“Dek.. teman kakak tuh…”
“Ahh… nganggu aja kak” kataku tidak peduli dan terus memainkan buah dada kakakku, bahkan mulai menggigit putingnya.
“Aw… ssshhh, sakit! Jangan digigit!” katanya kesal, aku hanya cengengesan saja. Ku teruskan mengulum buah dadanya dengan tetap sesekali menggigit putingnya. Dia tidak melarang lagi putingnya digigit-gigit olehku.
“Ochiiii” panggil temannya lagi.
“Dek! udah dulu ah kamunya, bentar… teman kakak tuh” katanya lagi berusaha melepaskan diri. Aku masih saja cuek, berharap temannya itu bosan sendiri dan segera pergi.
“Kreeek” terdengar suara pintu depan terbuka, ternyata pintu depan tidak terkunci!
“Chiii… aku masuk yaaaah” teriak temannya itu. Kami berdua panik minta ampun, bisa masalah juga kalau dia menemukan temannya sedang telanjang bulat berdua dengan adiknya di atas ranjang.
“Tuh kan kamunya!” katanya panik. Aku akhirnya melepaskan juga pelukanku. Dengan secepat kilat kak Ochi bangkit dari ranjang, mencari baju di lemari dan memakainya. Tentu saja pakaian yang terbilang cukup sopan meski orang itu teman perempuannya, sebuah celana sepanjang lutut dan baju kaos, walaupun tanpa dalaman karena kak Ochi buru-buru.
“Dek! Pakai bajumu!!” suruh kak Ochi panik.
“Malas ah..” jawabku cuek, dia tampak kesal mendengar jawabanku itu. Biarin deh, nganggu aja sih temannya.
“Ochiiii, kamu dimana sih? di kamar?” teriak Kak Tia lagi yang terdengar mendekat ke kamar, membuat kami berdua semakin panik.
“Iyaaaaa, bentar, aku lagi ganti baju…” jawab kak Ochi berteriak.
“Ya udah, jangan berisik, tunggu aja di sini” bisik kak Ochi padaku lalu segera keluar kamar.
…..
“Eh, Tia…”
“Sorry yah gue main masuk aja, lo sih lama amat, pintu gak dikunci lagi, untung gue yang masuk, coba kalau maling”
“Iya-iya, gak papa kok…”
“Lo habis ngapain? Kusut gitu rambut lo? Keringatan lagi…”
“Gak ada, cuma ketiduran aja.. hihihi”
Dari sini aku dapat mendengar jelas obrolan mereka. Aku sempat tertawa saat temannya menanyakan tentang bajunya yang basah disekitaran puting kakakku, serta celana dalam kak Ochi yang ternyata masih berserakan di sana, sampai ngetawain kakakku jorok segala. Kak Ochi jadi kewalahan cari-cari alasan dibuatnya.
Ternyata mereka cukup lama juga disana, ngobrol masalah kuliah sepertinya. Kak Ochi juga bilang ke temannya kalau dia tidak masuk kuliah nanti siang. Aku yang dari tadi memang sudah mupeng terpaksa onani sambil melihat foto kakakku yang ada di hapenya. Lebih dari setengah jam aku sendiri di sini hingga akhirnya kak Ochi masuk ke kamar.
“Hihihi, dek? lagi ngapain tuh kamunya?” tanyanya pura-pura tidak tahu kalau aku sedang onani sambil menatap fotonya di ponselnya.
“Gak sabaran amat kamunya sampai onani segala. Sini hape kakak!” katanya lagi sambil mengambil ponselnya dari tanganku.
“Masih lama tuh kak temannya? Usir dong…”
“Hah? Sembarangan aja kamu!”
“Nanggung nih kak…” rengekku.
“Ya mau gimana lagi, ada teman kakak tuh” katanya cuek sambil memeriksa hapenya kalau-kalau ada BBM atau sms yang masuk.
“Terus aku gimana?”
“Gimana apanya? Ya tunggu aja…” katanya santai, padahal si burung sudah menderita.
“Kak…”
“Apaaaa?” tanyanya cuek sambil tetap saja BBM-an. Gak tahu apa adeknya sedang nahan horni dari tadi!
“Lanjut dong…”
“Lanjut ngapain?” Dia tetap saja cuek pura-pura tidak tahu.
“Kaaak…”
“Iyaaaaa… apa sih kamunya?”
“Pura-pura gak tahu ntar aku perkosa lho” kataku mulai jengkel.
“Coba aja kalau berani..” jawabnya santai. Nantangin nih dianya. Ku bangkit dari tempat tidur dan menariknya ke ranjang. Ponselnya sampai terjatuh ke lantai.
“Adeeeek!! Gila kamu! Ada teman kakak tuh di luar!” katanya berbisik keras. Aku cuek saja dan tetap memeluknya erat-erat.
“Adeeek! Aw, iya-iya, ampun… hihihi.. udaaaah.. ampun!” katanya manja kegelian sambil berusaha melepaskan pelukanku. Beberapa saat kemudian barulah ku mau melepaskannya.
“Dasar… gitu amat sih kamunya” katanya dengan wajah kesal sambil duduk bersila di atas ranjang.
“Kakak sih…”
“Ada teman kakak tau!”
“Ya udah, kakak bantu kocokin sampai keluarin aja yah? Mau gak?” tanyanya sambil tangan kanannya diayunkan naik turun.
“Hehe.. iya deh kak…” Yuhuuu… penisku akan dikocokin olehnya :v/ Sebenarnya sih aku mau melanjutkan seperti yang tadi. Tapi sekarang ini dulu juga tidak masalah.
“Dasar!” dia tersenyum manis lalu bangkit untuk mengunci pintu.
“Jangan berisik tapi kamunya!” katanya lagi, aku hanya angguk-angguk saja.
Dia lalu bersimpuh dibawahku yang duduk di tepi ranjang, tangannya lalu menyentuh penisku. Terasa sangat mulus dan lembut telapak tangannya.
“Enak?” tanyanya sambil melirik nakal.
“Banget kak.. halus tangan kakak, hehehe” jawabku, dia senyum-senyum manis saja.
“Mau pake lotion gak?”
“Nngggg.. gak usah deh kak, Nngggg…. ganti pakai ludah kakak aja gimana?”
Dia agak terkejut awalnya mendengar permintaanku, namun akhirnya dia ludahi juga telapak tangannya berkali-kali, lalu melanjutkan mengocok batang penisku lagi, yang kali ini tangannya sudah berlumuran liurnya sendiri. Sensasinya luar biasa! Penisku betul-betul basah oleh liurnya, tidak hanya batang penisku, tapi juga buah zakar serta rambut kemaluanku. Mana bisa nahan lama-lama!
“Kalau mau muncrat, muncrat aja dek… suka-suka kamu pokoknya” ujarnya yang seperti mengetahui kalau aku tidak akan lama lagi.
“I-iya kak… oughhh”
“Kak… lebih cepat” suruhku. Dia percepat kocokan tangannya sambil tetap berusaha melirik ke arah adeknya yang sedang mati kenikmatan ini. Aku tidak tahan lagi!
“Crrooottt… crooooott…” Spermaku menyemprot dengan derasnya. Semprotan pertama mengenai wajah cantiknya dengan telak, membuat kak Ochi menjerit kecil dibuatnya. Semprotan berikutnya mengenai leher dan badannya bertubi-tubi, membuat kaos yang dia kenakan jadi basah berlumuran peju adeknya. Betul-betul banyak dan tampak menjijikkan.
“Kamu ini… liat nih, jadi berceceran kemana-mana”
“Hehehe, maaf deh kak, ntar aku cuciin deh…”
“Gak usah dek, gak papa kok.. kan udah kakak bilang suka-suka kamu, hihihi” katanya lalu bangkit untuk ngelap muka dan menukar bajunya, soalnya tidak mungkin dia kembali menemui temannya dengan baju penuh ceceran sperma begitu.
Kak Ochi kembali ke depan, aku sendiri mengenakan kembali bajuku, tapi memutuskan untuk tetap di sini sambil tidur-tiduran. Aku berharap temannya itu cepat pulang. Sialnya menjelang siang barulah temannya itu pulang.
***
“Kak, lanjut yuk” ajakku bersemangat.
“Gak makan dulu dek? kakak udah lapar nih”
“Belum terlalu lapar kak, yuk kak lanjut.. lanjut kak” rengekku seperti anak kecil. Biar deh, siapa tahu dia mau.
“Hihihi.. kamu ini gak tahan amat, gak pengen yang lain-lain dulu?” tanyanya.
“Emang apa kak?”
“Mau mandi bareng lagi gak? Kamu belum mandi pagi kan?” tawarnya.
“Malas ah kak, kan libur.. sore aja ntar mandinya” jawabku, dia geleng-geleng kepala saja mendengar jawabanku. Dia lalu tampak berpikir sambil meletakkan jari di bibirnya, imut banget.
“Hmm… tuh, kalau mau kamu boleh milih-milihin baju buat kakak lagi, berantakin aja isi lemari kakak sesukamu, gak papa kok..” katanya sambil memonyongkan bibirnya ke arah lemari pakaiannya.
“Benar nih kak?” dia hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Langsung ku bangkit dari tempat tidur dan menuju lemari pakaiannya, tanpa ampun ku hambur-hamburkan isi lemarinya seperti maling. Ini memang merupakan fantasi favoritku tentang kak Ochi, memilihkan baju untuknya. Jadi aku tidak bakal bosan bereksperimen memilih-milih kostum yang sesuai khayalanku. Aku sih berharap ada kostum suster dan maid yang seksi, tapi mana mungkin ada.
Aku suruh Kak Ochi berganti-ganti kostum, kali ini tidak lupa aku memotretnya tiap kostum yang dia kenakan, biar bisa jadi bahan onaniku di suatu saat nanti. Aku menjepretnya dengan berbagai gaya dalam macam-macam kostum. Aku memenuhi fantasiku dengan juga memintanya berpose sambil mengulum dan menjilati pisang, timun bahkan terong. Betul-betul menggoda dan membuat birahiku langsung naik. Liurku sampai menetes dibuatnya.
“Hihihi, napa dek? Cemburu yah sama terong?” katanya menertawaiku yang sedang mupeng berat melihatnya. Dianya malah terus memancingku dengan melanjutkan menjilati batang terong itu, lidahnya yang merah muda bersentuhan dengan kulit terong yang ungu kehitaman, terongnya lumayan gede lagi. Otak mesumku jadi melayang kemana-mana melihatnya. Coba aja itu penisku T.T
“Mau bantu pegangin dek?”
“Hah?” tentu saja aku terkejut, bercampur antara bingung dan senang.
Sambil senyum-senyum dia sodorkan terong itu padaku, ku terima saja. Dia mulai menjilati terong yang kali ini dipegang olehku. Rasanya gimanaaaa gitu, melihat kakakku yang cantik sedang menjilati terong, apalagi aku yang memegang terong itu. Dia menjilatinya dalam berbagai posisi, berdiri, duduk, bahkan juga merangkak. Dia juga sengaja bikin aku tambah mupeng dengan senyum-senyum manis dan melirik nakal padaku, membuat aku makin gregetan.
Kak Ochi lalu berbaring, kini tingkahnya seperti ikan yang mengincar terong sebagai umpannya, menggerakkan kepalanya mengikuti arah terong yang kupegangi ini. Sesekali aku mengerjainya dengan menaik-turunkan terong itu, membuatnya megap-megap mencoba menggapainya. Tapi ku lihat Kak Ochi malah tertawa kecil dipermainkan seperti itu. Hingga ‘Hap’, terong itu berhasil tertangkap mulutnya, dia kegirangan sendiri karena berhasil menangkapnya. Sepertinya dia memang suka main ginian, dia sampai meminta ku mengulanginya lagi dan lagi, aku turuti saja karena aku memang suka melihat pemandangan ini.
“Tok-tok-tok” Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan. Lagi, ada aja yang menganggu kesenanganku.
“Tok-tok-tok”
“Delivery pizza h**” teriak orang itu. Ternyata itu pengantar pizza. Kami memang memesan pizza untuk makan siang kami.
“Pizzanya tuh kak”
“Iya, biar kakak aja yang bukain” katanya lalu bangkit dari tidurannya. Lagi! dia akan menemui orang asing dengan pakaian minim seperti itu, hanya mengenakan kaos basket longgar dan celana dalam. Kaos basket itu cukup dalam hingga menutupi setengah pahanya, yang malah membuat dia kelihatan seperti tidak mengenakan bawahan. Tapi tidak hanya itu, dia juga membawa terong tadi!! Mau apa sih dia?!
Ku hanya mengintip dari kamar kakakku ini. Pintu akhirnya dibuka oleh Kak Ochi, tampak seorang pemuda dengan kulit hitam dengan wajah standar. Ku lihat pemuda itu terkejut melihat penampilan kakakku dengan pakaian seperti itu, dan yang membuatnya semakin terkejut adalah kakakku sedang menggenggam terong, yang cukup besar dan masih terlihat basah karena liur kakakku tadi. Aku yakin pemuda itu sedang berpikir yang tidak-tidak sekarang, mungkin dia berpikir kalau kakakku baru saja bermasturbasi dengan terong itu. Badanku jadi panas dingin, aku harap kak Ochi tidak diapa-apain.
“Mas! Kok bengong sih?” kata kakakku menyadarkan pemuda itu.
“Maaf non”
“Liatin ini yah mas? Gede ya mas?” godanya sambil menunjukkan terong itu, pemuda itu jadi salah tingkah sendiri. Duh, jantungku semakin berdebar sampai mau copot.
Untung saja kakakku tidak berbuat aneh-aneh lagi seperti mengajak pemuda itu masuk ke dalam rumah. Setelah kakakku menerima pizza dan membayarnya, pemuda itu langsung pergi. Kamipun makan siang setelah itu.

Sumber : http://memekigo.com/kak-ochi-kakakku-yang-seksi-dan-nakal-part-v
Cerita Seks Sedarah Kak Ochi


Category

Foto Nakal Cabe-Cabean

Kumpulan Foto Pose Nakal Cabe-Cabean foto memek bugil hot telanjang www.TerMulus.Com ngentot memek tante girang Foto Pose Nakal Cabe-Cabean cewek perawan cantik abg bugil mahasiswi telanjang Jilbab Bugil dan foto hot jilboobs artis igo.

Kita pasti sering dengan istilah Cabe-Cabean. Nah, sobat semua  bisa melihat disini yang memang kumpulan foto Cabe-cabean seksi. Dengan menunjukkan dada montok, ia ingin menunjukkan ke publik kalau ia bisa menjadi salah satu model terbaik indonesia. Langsung aja sobat sedot nih gambar. 

sumber : http://www.termulus.com/foto-pose-nakal-cabe-cabean.html
Foto Nakal Cabe-Cabean


Category

Kumpulan Cerita Sex Dewasa Adik Pacarku

Kumpulan Cerita Sex Dewasa Adik Pacarku Yang Sexy – berikut adalan Cerita dewasa yang mengalami kisah sex dengan adik pacarku yang sexy. Suatu hari saya diberi kabar oleh pacar saya (Wiwi umur 26) yg di Jakarta, bahwa dia mau datang bersama adiknya (Irene umur 22).
Setelah kedatangannya, mereka menginap di kontrakanku (kamar tamu).
Tetapi Wiwi tidak bisa lama, karena dia hanya diberi ijin oleh kantornya 3 hari.
Selama 3 hari saya dan Wiwi selalu ngumpet-ngumpet dari cicinya untuk bermesraan, dan sialnya kita hanya bisa melakukan hubungan sex 1X (kami dulu telah biasa melakukannya sewaktu saya tingal di Jakarta), karena kesempatan untuk itu susah sekali.
Setelah Wiwi pulang, tinggal saya dan Irine yg masih mau liburan di bali.
Pada hari minggu saya ajak dia jalan ke berbagai tempat wisata, pulangnya dia langsung ingin istirahat karena kelelahan. Karena saya belum merasa ngantuk, saya ke ruangan tamu untuk nonton TV, sedangkan dia masuk kamar tidur tamu untuk istirahat.
Setelah acara yg saya sukai selesai, saya melihat jam, ternyata sudah jam 1 pagi, tiba-tiba muncul ide isengku untuk memasuki kamar tidur Irene, dengan perlahan-lahan saya berjalan mendekati pintu kamarnya, ternyata tidak dikunci, saya masuk dan melihat Irene telentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, saya langsung mengambil tali plastik dan perlahan-lahan saya melucuti pakaiannya semua, mungkin karena dia terlalu lelah sehingga tidurnya sangat nyenyak sampai tidak tahu apa yg sedang saya lakukan, setelah semua pakaiannya kubuka, saya langsung mengikat lengan dan kakinya ke sudut-sudut ranjang.
Tiba-tiba dia terbangun, dan terkejut karena tubuhnya telah telanjang polos dan terikat di ranjang. “Ko lepasin saya”, suaranya gemetaran karena shock. “Cepat lepasin Ko!” Irene mengulangi perintahnya, kali ini lebih keras suaranya. Tubuh telanjangnya telah mambiusku. Aku segera mencopot celana dan celana dalamku dengan cepat. “Ko!” Irene memekik. “Mau ngapain kamu?” Irene terkesiap melihat batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak. Kusentuh payudaranya dengan kedua tanganku, rasanya dingin bagai seonggok daging.
“Koko gila luu yah!” Aku merasakan sensasi aneh melihat payudara dan liang kemaluan adik pacarku ini. Jelas beda dengan waktu-waktu dulu kalau mengintip dia ganti baju di kamarnya. Sekarang aku melihatnya dengan cara yang berbeda. “Koko, gua khan adik Wiwi!” Aku menyentuh liang kemaluannya dengan tanganku, lalu menjilatinya.
Setelah puas segera kuletakkan batang kemaluanku di gerbang liang kemaluan Irene. “Ko jangaan!” dia memohon-mohon padaku. “Diam.. cerewet!” aku menjawab dengan sembarangan. Sekali batang kemaluanku kudorong ke depan, tubuhku sudah menjadi satu dengannya. “Iiih.. shiit!” dia mengumpat tapi ada nada kegelian dari suaranya itu. Aku menggoyangkan pinggangku secara liar hingga batang kemaluanku mengocok-kocok liang kemaluannya. “Ahh.. shiit! ah shiit! Ko stop!” Semakin dia mamaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnya itu, semakin terangsang aku jadinya.
Sambil memompa liang kemaluannya aku menghisap puting-puting payudaranya yang agak berwarna pink itu. “Mmmh.. udah jangan Ko!” Irene masih berteriak-teriak memintaku berhenti. “Lu diam aja jangan banyak ngomong”, ujarku cuek. “Ohh shiit!” ujarnya mengumpat. Dia menatapku dengan tatapan yang bercampur antara kemarahan dan kegelian yang ditahan. Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kasihan juga aku melihatnya terikat seperti ini. Dengan menggunakan cutter yang tergeletak di meja samping ranjang aku memotong tali yang mengikat kedua kakinya. Begitu kedua kakinya terlepas dia sempat berontak. Tapi apa dayanya dengan posisi telentang dengan tangan masih terikat. Belum lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya membuat dia hanya bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil. “Aaahh Ko stop dong.. udah Ko.. gue khan adik Wiwi”, dia memohon lagi tapi kali ini suaranya tidak kasar lagi dan terdengar mulai berdesah karena geli. Nafasnya pun mulai memburu. Aku menjilati lehernya dia melengos ke kiri dan ke kanan tapi wajahnya mulai tidak mampu menutupi rasa geli dan nikmat yang kuciptakan. ” Aduhh sshh Ko udah doong.. hh.. ssh!” suaranya memohon tapi makin terdengar mendesah lirih. Kedua kakinya masih meronta menendang-nendang tapi kian lemah dan tendangannya bukan karena berontak melainkan menahan rasa geli dan nikmat.
Aku menaikkan tempo dalam memompa sehingga tubuhnya semakin bergetar setiap kali batang kemaluanku menusuk ke dalam liang kemaluannya yang hangat berulir serta kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu. Kali ini suara nafas Irene kian berat dan memburu, “Uh.. uh.. uhhffssh.. shiit Koo.. agh uuffsshh u.. uhh!” Wajahnya semakin memerah, sesekali dia memejamkan matanya sehingga kedua alisnya seperti bertemu. Tapi tiap kali dia begitu atau saat dia merintih nikmat, selalu wajahnya dipalingkan dariku. Pasti dia malu padaku. Liang kemaluannya mulai mengeras seperti memijit batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak naik turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang kenikmatannya yang sudah basah total. Saat itu aku berbisik “Gimana, lu mau udahan?” Aku menggodanya. Sambil mengatur pernafasan dan dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius, dia berkata, “I.. iiya.. udah.. han yah Ko”, suaranya dibuat setegas mungkin tapi matanya yang sudah sangat sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia sudah sangat menikmati permainanku ini. “Masa?” godaku lagi sambil tetap batang kemaluanku memompa liang kemaluannya yang semakin basah sampai mengeluarkan suara agak berdecak-decak. “Bener nih lu mau udahan?” godaku lagi. Tampak wajahnya yang merah padam penuh dengan peluh, nafasnya berat terasa menerpa wajahku. “Jawab dong, mau udahan gak?” aku menggodanya lagi sambil tetap menghujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya.
Sadar aku sudah berkali-kali bertanya itu, dia dengan gugup berusaha menarik nafas panjang dan menggigit bibir bagian bawahnya berusaha mengendalikan nafasnya yang sudah ngos-ngosan dan menjawab, “Mmm.. iya.. hmm.” Aku tiba-tiba menghentikan gerakan naik turunku yang semakin cepat tadi. Ternyata gerakan pantatnya tetap naik turun, tak sanggup dihentikannya. Soalnya liang kemaluannya sudah semakin berdenyut dan menggigit batang kemaluanku. “Ehmm!” Irene terkejut hingga mengerang singkat tapi tubuhnya secara otomatis tetap menagih dengan gerakan pantatnya naik turun. Ketika aku bergerak seperti menarik batang kemaluanku keluar dari liang kemaluannya, secara refleks tanpa disadari olehnya, kedua kakinya yang tadinya menendang-nendang pelan, tiba-tiba disilangkan sehingga melingkar di pinggangku seperti tidak ingin batang kemaluanku lepas dari lubang kemaluannya.
“Lho katanya udahan”, kata-kataku membuat Irene tidak mampu berpura-pura lagi.
Mukanya mendadak merah padam dan setengah tersipu dia berbisik, “Ah shiit Koo.. uhh.. uhh.. swear enak banget.. pleasee dong terusiin yeeass!” belum selesai ia berkata aku langsung kembali menggenjotnya sehingga ia langsung melenguh panjang. Rupanya perasaan malunya telah ditelan kenikmatan yang sengaja kuberikan kepadanya. “Ah iya.. iiya.. di situ mmhh aah!” tanpa sungkan-sungkan lagi dia mengekspresikan kenikmatannya. Selama 15 menit berikutnya aku dan dia masih bertempur sengit. Tiga kali dia orgasme dan yang terakhir betul-betul dahsyat kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi. Spermaku menyemprot kencang sekali bertemu dengan semburan-semburan cairan kenikmatannya yang membanjir. Irine pasti melihat wajahku yang menyeringai sambil tersenyum puas. Senyum kemenangan.
Aku melepaskan ikatannya. Dia kemudian duduk di atas kasur. Sesaat dia seperti berusaha menyatukan pikirannya.
“Huuhh, kamu hebat banget sih Ko, sering yach melakukan dengan Wiwi”
“Enggak juga koq!”
“Alah, sama setiap cewek yang kamu tidurin juga jawabannya pasti sama”
“Keperawanan lu kapan diambil?” tanyaku
“Sewaktu pacarku ingin pergi ke Amerika untuk kuliah, saya hadiahkan sebagai hadiah perpisahan”
Kemudian dia bangkit dengan tubuh yg lemah ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih Irene kembali lagi ke kamar.
Di depan pintu kamar mandi kusergap dia, kuangkat satu pahanya dan kutusuk sambil berdiri. “Aduh kok ganas banget sih Lu!” katanya setengah membentak. Aku tidak mau tahu, kudorong dia ke dinding kuhajar terus vaginanya dengan rudalku. Mulutnya kusumbat, kulumat dalam-dalam. Setelah Irene mulai terdengar lenguhannya, kugendong dia sambil pautan penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke meja, kuletakkan pantatnya di atas meja itu. Sekarang aku bisa lebih bebas bersenggama dengan dia sambil menikmati payudaranya. Sambil kuayun, mulutku dengan sistematis menjelajah bukit di dadanya, dan seperti biasanya, dia tekan belakang kepalaku ke dadanya, dan aku turuti, habis emang nikmat dan nikmat banget. “aahh.. sshh.. oohh.. uugghh.. mmhh”, Irene terus meracau.
Bosen dengan posisi begitu kucabut penisku dan kusuruh Irene menungging. Sambil kedua tangannya memegang bibir meja. Dalam keadaan menungging begitu Irene kelihatan lebih aduhai! Bongkahan pantatnya yang kuning dan mulus itu yang bikin aku tidak tahan. Kupegang penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya. Kugesekkan ke clitorisnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi ini Irene bisa lebih aktif memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. “Aahh Koo Akuu mmoo.. kkeelluuarr laggi..” racaunya. Irene goyangannya menggila dan tidak lama tangan kanannya menggapai ke belakang, dia tarik pantatku supaya menusuk lebih keras lagi. Kulayani dia, sementara aku sendiri memang terasa sudah dekat. Irene mengerang dengan sangat keras sambil menjepit penisku dengan kedua pahanya. Saya tetap dengan aksiku. Kuraih badannya yang kelihatan sudah mulai mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh tanganku di bawah payudaranya, dengan agak kasar kuurut payudaranya dari bawah ke atas dan kuremas dengan keras. “Eengghh.. oohh.. ohh.. aahh”, tidak lama setelah itu bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan spermaku menyemprot lima kali di dalam.
Dengan gontai kuiring Irene kembali ke ranjang, sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding menunjukan jam 02.07. Wah lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, kupikir. “rine, vagina dan permainan kamu ok banget!” pujiku. “Makasih juga ya Ko, kamu juga hebat”, suatu pujian yang biasa kuterima!
Setelah itu kami saling berjanji untuk tidak memberi tahu cici dan pacarnya yg sedang kuliah di Amerika. Selanjutnya kami selalu melakukannya setiap hari sampai dia pulang ke Jakarta. Kumpulan Cerita Sex Dewasa

sumber : http://www.terlama.com/cerita-dewasa/kumpulan-cerita-sex-dewasa-adik-pacarku-yang-sexy/
Kumpulan Cerita Sex Dewasa Adik Pacarku


Category

Ngentot Teman Chattingku

Sebelumnya, kuperkenalkan diriku dulu. Namaku Yeni. Aku lahir dan dibesarkan di kota Bandung. Usiaku 33 tahun, aku bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Asia Afrika, Bandung. Saat ini aku hidup sendiri. Aku pernah menikah, kurang lebih selama empat tahun. Pernikahanku tidak dikaruniai anak. Aku bercerai, karena suamiku berselingkuh dengan rekan bisnisnya.

Untuk mengusir kejenuhan dalam kesendirianku selama kurang lebih satu tahun setengah, aku selalu menghibur diriku dengan membaca. Kadang aku chatting, akan tetapi aku tidak berharaf untuk bertemu dengan teman chatting-ku. Aku masih trauma akibat perlakuan suamiku terhadapku.

Aku kenal beberapa orang teman chatting yang asyik untuk diajak bercanda ataupun berdiskusi, salah satunya adalah Ferdy. Dia anak kuliahan, semester akhir di perguruan tinggi swasta di Bandung. Ferdy merupakan teman chatting-ku yang pertama kali yang pernah bertemu denganku.

Pada awal perkenalannya aku kurang respek terhadapnya, karena email-nya saja menyeramkan, dapat pembaca bayangkan, cari_ce_maniax@***.** (edited). Tapi entah angin apa yang membuatku penasaran untuk bertemu dengannya, padahal aku baru sekali chatting dengannya. Cerita selanjutnya adalah pertemuan pertamaku dengan Ferdy yang berakhir ke sebuah hotel di sekitar jalan Setiabudi.

Hari itu, Sabtu tanggal 16 Juni 2001, aku berjanji untuk bertemu dengan Ferdy di sebuah cafe di belakang BIP pukul 16.00. Aku sengaja datang lebih awal sekitar pukul 15.45, dan memilih tempat yang agak ke pojok agar aku dapat melihat dia terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan mataku tertuju terus ke arah pintu masuk cafe.

Sambil menunggu Ferdy datang, aku memperhatikan orang di sekelilingku. Aku merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25 tahunan) yang duduk sendirian di meja sebelahku memperhatikan terus sejak pertama aku masuk cafe. Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16.00, anak muda itu menghampiri diriku dan memperkenalkan dirinya. Namanya Ferdy.

Aku kaget sekali, karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Ferdy itu masih muda. Dia masih sangat muda, padahal ketika chatting, dia mengaku berusia 35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi melalui telepon, suara Ferdy kelihatan seperti seorang bapak-bapak dan sangat dewasa sekali. Aku sangat grogi. Untuk menghilangkan rasa grogi, kupersilakan Ferdy duduk dan memesankan minuman.

"Maaf Bu Yeni, saya berbohong kepada Ibu. Saya mengaku berusia 35 tahun, padahal usia saya tidak setua itu. Tentunya juga, saya mohon maaf tidak memakai pakaian yang saya janjikan. Saya harus panggil siapa nih? Ibu atau Mbak atau Tante atau siapa ya?"
"Yeni saja deh, biar lebih akrab," jawabku.
Selanjutnya Ferdy bercerita, kenapa dia berbohong usia, juga aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku menceritakan aktifitasku dan kehidupan sehari-hariku. Aku tidak menyangka dari cara dia berkomunikasi sangat dewasa dan banyak dibumbui dengan kata-kata humor, sehingga aku dibuat terpingkal-pingkal olehnya.

Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sekitar pukul 5 sore, Ferdy mengajak nonton bioskop di BIP. Aku tidak sungkan-sungkan, langsung mengiyakan saja. Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan Ferdy pulang dengan Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan Ferdy mengajakku main ke Ciater. Aku sih tidak masalah, karena di rumah pun aku hanya tinggal sendirian.

Di daerah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil menghabiskan minuman dan jagung bakar. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan saja. Aku mengajak Ferdy pulang saja. Dia pun mengiyakannya.

Sepanjang perjalanan pulang ke Bandung, Ferdy mulai agak-agak nakal. Sambil bercerita, dia sudah berani mengelus-elus tanganku ketika aku sedang memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga ini anak. Dia tidak pernah kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena bosan dan tidak ada hasilnya kalau kularang, maka kubiarkan dia mengelus-elus tanganku.

Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan semakin lama elusannya semakin ganas, dan sudah mulai berani mengelus pahaku. Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi menyetir mobil. Entah karena suasana yang mendukung, karena kami hanya berdua-duaan, ataukah karena kesepianku selama ini, karena sudah lama tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya beraksi lebih jauh. Aku mulai merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh tubuhku. Semakin lama, Aku semakin menikmati elusan tangannya.

Sekarang Ferdy sudah sangat berani! Dia sudah berani memegang payudaraku. Aku mulai terangsang. Aku sudah tidak kuat lagi merasakan elusan tangannya. Akhirnya mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Ferdy, kenapa dia berani memperlakukanku seperti itu, padahal dalam hati aku pun menginginkannya. Dia minta maaf, tapi tangannya tetap tidak mau lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan rangsangannya. Akhirnya kubalas elusan tangannya dengan sebuah ciuman di keningnya. Aku tidak menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia melumat bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.

Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku biarkan saja. Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh lidah Ferdy, dan tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku. Bahkan putingku pun sudah dia elus.
Aku melenguh, "Sh.. ah.. sh.. ah.. sh.. ah.."

Tangan kirinya mulai turun ke arah pangkal pahaku. Aku geli sehingga menggerinjal. Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik demi detik kurasakan tangannya mulai mengelus kemaluanku. Aku semakin keras mengeluarkan suara. Dan akhirnya aku kaget, ketika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan, menyorotkan sinar lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu membereskan reseletingku dan kaos ketat unguku. Begitu juga Ferdy. Akhirnya permainan yang berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan lampu mobil yang lewat tadi. Di sekitar selangkanganku terasa basah.

"Yeni, maafin Ferdy ya. Telah berlaku kurang ajar sama Yeni."
"Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu berani berbuat seperti itu kepada saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih muda dari saya."
"Nggak tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita di Cafe."
"Gombal ah.." kataku agak manja.
"Aku geli banget lho, waktu kamu elus tadi. Mungkin karena aku baru merasakan lagi sentuhan pria, ya Fer. Kalau boleh aku jujur, baru kali ini, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku dengan suami satu setengah tahun yang lalu."
"Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan kita melanjutkan perjalanan deh.."

Aku melanjutkan perjalanan dengan berbagai gejolak perasaan dan kenikmatan yang baru aku raih bersama Ferdy. Sambil aku menyetir mobil, Ferdy tidak lupa mengelus pahaku juga payudaraku.
"Yen, bagaimana kalau kita berhenti dulu di hotel. Biar kita bisa lebih tenang melakukannya."
Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur saja, aku ingin merasakan lebih jauh lagi dari elusan lembutnya itu. Tapi aku ragu dan malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya.

Sesampainya di kamar Hotel "S" di sekitar Setiabudi, Ferdy tidak memberikan kesempatan untukku beristirahat. Dia langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku gelapan dan tidak kuasa menolaknya ketika Ferdy mulai mebuka kaos ketat unguku dan membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, Ferdy telah membuka bra-ku yang berukuran 36B dan celana dalamku. Dia semakin beringas, bagaikan macan kelaparan. Ferdy mulai menciumi lubang kewanitaanku.
"Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru..s Fer.. Ah.. Enaa..k ah.. uh shh.. shh.. uh.."
Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat bagai ulat kepanasan. Lidah Ferdy merojok-rojok vaginaku dan menjilat klitorisku yang sebesar kacang kedelai.

Lalu kubuka kemeja dan celana jeansnya Ferdy. Kaget! Ternyata "barang"-nya Ferdy sudah keluar melewati celana dalamnya. Kelihatan ujungnya memerah. Aku takut, apakah lubang kewanitaanku muat untuk "barang"-nya Ferdy.

Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku. Dikeluar-masukkannya jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin masih penasaran, Ferdy memasukkan jarinya yang ketiga. Dikeluar-masukkan, digoyang kiri kanan. Nikmat sekali. Sedangkan tangan kirinya membantu membuka lubang kewanitaanku untuk mempermudah memasukkan jari-jari kanannya.
"Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Fer.. aduh.. nggak kuat Fer.. Aku mau keluar nih.."
Akhirnya aku basah. Aku tersenyum puas.

"Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen.." Ferdy memohon kepadaku.
"Iya Fer, tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?" jawabku.
"Coba saja dulu, Yen. Nanti juga terbiasa."
"Auh.. aw.. jangan didorong dong Fer, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang."

Sekitar lima belas menit kemudian erangan Ferdy semakin menjadi-jadi.
"Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh.."
Kuhisap semakin kuat dan kuat, Ferdy pun semakin keras erangannya. Ferdy mulai ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering, basah kembali. Mulutku masih penuh kemaluan Ferdy dengan gerakan keluar masuk seperti penyanyi karaoke.

"Sudah dulu Yen, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?" pinta Ferdy.
Aku hanya menganggukkan kepala saja, sambil berharaf-harap cemas apakah punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku diangkat ke pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia dapat melihat dengan jelas kemaluanku yang kecil namun kelihatan gemuk seperti bakpau.

Kulihat dia mengelus kemaluannya, dan menyenggol-nyenggolkan pada kemaluanku, aku kegelian. Dibukanya kemaluanku dengan tangan kirinya, dan tangan kanan menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaanku. Didorongnya perlahan, "Sreett..," dia melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi. Mulai kurasakan ujung kemaluan Ferdy masuk perlahan. Aku mulai geli, tetapi agak sakit sedikit. Mungkin karena lubang kewanitaanku tidak pernah lagi dimasuki kemaluan laki-laki. Ferdy melihat aku meringis menahan sakit, dia berhenti dan bertanya.
"Sakit ya..?"
Aku tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin cepat merasakan kemaluan besarnya itu.

Digoyangnya perlahan dan, "Bleess.." digenjotnya kuat pantatnya ke depan hingga aku menjerit, "Aaauu.."
Kutahan pantat Ferdy untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti kemaluanku agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluan Ferdy berdenyut dan aku tidak mau ketinggalan. Aku berusaha mengejang, sehingga kemaluan Ferdy merasa kupijit-pijit. Selang beberapa saat, kemaluanku rupanya sudah dapat menerima semua kemaluan Ferdy dengan baik dan mulai berair, sehingga ini memudahkan Ferdy untuk bergerak. Aku mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan Ferdy menggerakkan pantatnya ke belakang dan ke depan. Aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu Ferdy dengan ikut menggerakkan pantatku berputar.

"Aduuhh.., Yeni..," erang Ferdy menahan laju perputaran pantatku.
Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang dan kurasakan telur kemaluan Ferdy menatap pantatku licin dan geli. Rupanya Ferdy termasuk kuat juga, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.

Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya Ferdy mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk bergerak, sehingga aku dapat mengaturnya. Aku merasakan sudah 4 (empat) kali kemaluanku mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan Ferdy, tetapi Ferdy belum keluar juga.

Kupegang batang kemaluan Ferdy yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku.
Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Fer.. auh.. Ena..k Fer.. Ugh.. ah.. lebih cepat lagi Fer.. ugh.. ah.. sshh.. uh.. oh.. uh.. ash.. sshh.."
"Kecepek.., kecepek.., kecepek..," bunyi kemaluanku saat kemaluan Ferdy mengucek habis di dalamnya.
Aku kegelian hebat, "Yeni.. aku mau keluar, Tahan ya..," pintanya menyerah.

Tanpa membuang waktu, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam dan dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke dalam mulutku, kukocok sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah tapi air mani yang kuharapkan tidak juga keluar. Kutarik kemaluan dari mulutku, Ferdy tersenyum dan sekarang telentang. Tanpa menunggu komando, kupegang kemaluannya, kutuntun ke lubangku dengan aku mendudukinya. Aku bergerak naik turun, dan dia memegang susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya tubuhku melekat di dadanya, dan aku juga terasa panas.

"Sreet.., sreett.., sreett..," kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.
"Yeni.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita pertama yang merenggut bujanganku. Aku selama ini paling banter hanya melakukan peting saja. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Yen.."
"Aahh kamu bohong, masa seusiamu baru pertama kali melakukan kayak beginian," manjaku.
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

"Sumpah, Yen..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?" tanyanya.
"Pasti..! Tapi ada syaratnya..," jawabku.
"Apa dong syaratnya, Yen..?" tanyanya penasaran.
"Gampang saja, asal kamu bisa kuat seperti tadi. Atau nanti saya kasih pil untuk kamu ya, biar lebih kuat lagi..!"
"Oke deh.. Mandi bareng yuk, Yen.." ajaknya.
Dan kami pun mandi bersama, dan sekali lagi Ferdy memberikan kepuasan yang selama ini tidak kudapatkan selama kurang lebih satu setengah tahun.

Aku bersiap-siap pulang. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku langsung check out menuju Cihampelas mengantarkan Ferdy pulang. Mobil keluar hotel dengan berjalan perlahan.
Sepanjang perjalanan aku berfikir, "Kok bisa-bisanya aku mmberikan sesuatu hal yang aku jaga selama ini, padahal Ferdy baru pertama kali bertemu denganku. Sekaligus juga aku membayangkan kapan lagi aku dapat memperoleh kepuasan dari Ferdy."

Kini tangan Ferdy menempel pada pahaku, dan tanganku menempel di celananya. Sesekali Ferdy menyandarkan wajahnya ke dadaku dan jari nakal Ferdy mulai beraksi dengan manja. Kurasakan gumpalan daging kemaluan Ferdy mulai mengeras lagi, dia tersenyum melihatku. Akhirnya tidak terasa aku sudah sampai di Cihampelas, dan menurunkan Ferdy. Selanjutnya aku pulang ke rumahku di sekitar Sukarno-Hatta.

Terakhir, khusus bagi Anda WANITA (----KHUSUS WANITA----) yang sebaya ataupun senasib dengan saya (saya janda, berusia 33 tahun), sudi kiranya Anda membagikan tips-nya untuk saya, agar saya dapat membahagiakan dan memuaskan Ferdy lebih lama.., dan la..ma lagi. Karena saya sepertinya mulai menyukai dia, dan tidak mau melepaskan dia. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya. Silakan Anda (----KHUSUS WANITA----) kontak saya. Terima kasih.

TAMAT
Ngentot Teman Chattingku


Category

Sex Education Homework I

Cerita sepasang anak praremaja yang berexperimen tentang pelajaran sex.

*****

Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan kami bersama-sama. Hal itu terjadi ketika usiaku baru menginjak 11 tahun, pada akhir sekolahku di kelas 5. Memang tidak terlalu mengejutkan kalau dipelajari karena pasanganku adalah tetanggaku Kathy, yang usianya setahun diatasku, dan duduk dikelas 6.

Kita berdua satu sekolah di pinggir kota Chicago dan kami sudah bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai kemudian aku menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak tomboy, dia biasa bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak laki-laki. Sampai kemudian tubuhnya berkembang seperti selayaknya seorang gadis, dan akupun mulai kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa kuketahui dengan jelas apa sebabnya.

Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang hari pada suatu rumah makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat kami, karena kami berdua biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada siang hari. Biasanya kami hanya sebatas duduk bersama sambil berbincang-bincang seperti anak-anak lain pada umumnya. Tapi sore ini terjadi keadaan yang berbeda.

Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran pendidikan-sex di sekolah. Pada jaman itu, setahun sekali anak laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk mendapatkan 'pendidikan seks'. Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran biologi dengan sedikit tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi tersebut cukup rinci dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan judul 'Apa yang harus diketahui anak laki-laki' atau 'Apa yang harus diketahui anak perempuan'.

Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang aktivitas sex. Secara alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang telah diajarkan kepada teman-teman perempuannya, demikian pula sebaliknya anak-anak perempuan ingin tahu apa yang telah diajarkan ke teman-teman laki-lakinya. Demikian pula yang kami perbincangkan hari itu.

Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di atas tempat tidurnya yang berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang nyaman. Kami duduk berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku membaca buku sakunya.

"Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh. Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!"
"Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita telah memiliki gambar atau semacam anu."

Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku belum pernah melihat tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa bentuk anunya dibawah sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek, aku bisa melihat betuk lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan samar-samar aku juga bisa melihat garis celah-celah diantara pahanya yang tertutup oleh celana ketatnya.

"Aku tidak mengetahui mengapa mereka menyebutnya pendidikan-seks. Padahal disini tidak menerangkan bagaimana cara melakukannya."
"Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu," kata Kathy sambil membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.

Kucium keharuman shampo rambutnya yang membuatku terangsang. Aku pun merasakan ketegangan anuku didalam celanaku. Tapi aku mengharapkan semoga dia tidak menyadari apa yang sedang kurasakan.

"Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan tegang kaku dan keras. Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan, yang lembut dan mudah mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma yang berisi jutaan sel masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur."
"Itu sudah ceritakan banyak kepadaku," katanya dengan menyindir,"Seperti dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara penis memasukinya?"

Sebenarnya aku agak malu mendengar secara fulgar kata-kata itu di depan seorang gadis, sehingga wajahku menjadi merah padam dan penisku semakin menonjol keluar celanaku. Kathy membuka lagi lembar lainnya dan menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.

"Disini tempatnya," katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.
"Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu cari?" kata Kathy.

Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk mengambil resiko.

"Dimana milikmu?"

Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar berani mengucapkannya. Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh, yang bisa diceritakan Kathy kepada teman-temanku disekolah.
Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa saat. Dia kibaskan rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya. Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya digerakkan ketempat diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani memandang ke arah bagian tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu tempat di celananya.

"Disini tempatnya."

Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, "Itu bukan sangat dekat seperti apa yang dikatakan di buku!"

Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan 'anuku' semakin membesar. Kami berdua melanjutkan membuka lembar lainnya sambil memperbincangkan lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika Kathy kemudian berkata,"Jadi bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan kesana? Seperti yang dikatakan buku ini. Apa betul?"

Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan 'anuku'! Aku menelan ludah beberapa kali sambil berkata,

"Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang."

Aku merasa jantungku berdebar semakin keras. Aku hampir tidak percaya apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti yang sering aku impikan. Aku belum mulai onani, dan proses ke arah sana terus berlangsung dengan cepat.

"Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis bisa masuk kesana. Si perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa saja sedang laki-laki dalam posisi berdiri."
"Aku sempat menyaksikan 'Wild Kingdom' semalam dan melihat dua singa melakukan itu. Cukup menarik."
"Bagaimana cara mereka melakukan itu?" Tanya Kathy penasaran.
"Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia menaruh penisnya dari belakang."
"Mana bisa?" kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah. Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.
"Benar, Aku melihatnya dengan jelas."
"Tidak masuk akal, lihat" kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang dengan perut menyentuh kasur.
"Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?"
"Singa betina bukan berbaring seperti itu. Kakinya ada dibawahnya," kataku sambil memperagakan posisi singa betina setengah berjongkok dengan tangan bertumpu pada kasur.
"Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?" Kathy memposisikan kakinya dan sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya diangkat, sehingga bulatan pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya yang ketat.
"Vaginaku tepat disini." Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.
"Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya."

Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.
"Kenapa tidak, coba lihat," kataku sambil memposisikan tubuhku dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku kutempelkan dibulatan pantatnya.
"Hey, apa yang kau lakukan??" tanya Kathy dengan wajah merah padam.
"Membuktikan bahwa aku benar. Begini." kataku sambil mendorong dan menggesekan tonjolan penisku pada bulatan pantatnya. Kurasakan sensasi kehangatan menyentuh bagian tonjolan penisku.
"Penis akan ditusukkan dari sini, begini." Kuletakkan jari telunjukku mengacung diposisi penisku, kemudian kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung telunjukku menusuk kepangkal pahanya.

"Ya, tapi tetap saja tidak bisa," kata Kathy tidak puas.
"Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju."

Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara kedua paha Kathy, kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari telunjukku menyentuh cembungan dipangkal paha Kathy.
"Ohh," desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk tepat di vaginanya.
"Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan."

Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil menggerakkan pinggulku maju mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina Kathy. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya jari telunjukku sedang menusuk dan menggosok bagian paling rahasia Kathy! Penisku jadi semakin tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya aku bisa orgasme. Aku tak tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti tubuhnya ikut menggeliat-geliat setiap kali kusentuh vaginanya. Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami, tubuhnya kemudian dibalikkan dan menjauh.

"OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu."

Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak kutenangkan diriku agar Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada diriku."Aku tidak mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan cara seperti itu bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk melakukan itu.

"Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan Mamaku, tapi dia segera merubah channel sebelum aku sempat melihatnya dengan jelas." kata Kathy
"Apa itu?"
"Mereka berada dibawah selimut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang berbaring terlentang, seperti ini," kata Kathy sambil berguling terlentang, dengan kedua pahanya direnggangkan.
"Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas."
"Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!" kataku penasaran.
"Kenapa tidak?. Mari kita coba!"

Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin melukai Kathy. Tapi aku ingat katika bermain bola, kathy pernah ditindih beberapa anak laki-laki yang ternyata tidak apa-apa. Tapi ada sesuatu yang membuatku berdebar-debar, dengan posisi itu aku akan bisa bergesekan lebih banyak dengan gundukan kecil di pangkal paha Kathy. Daerah itu terasa hangat dan telah menghipnotisku sehingga sempat bembuatku hampir orgasme.

"Sekarang berbaringlah di atasku," kata Kathy.

Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya menusuk dadaku! Desah nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman rambutnya, demikian juga kehangatan yang terpancar dari pangkal pahanya. Aku benar-benar terangsang berat, apalagi ketika kedua tangannya merangkul leherku sehingga tubuh kami berhimpitan.

"Kamu menyukai posisiku seperti ini?" bisikku dengan suara bergetar.
"Yeah. Sepertinya nyaman," bisik Kathy. Mata kami saling pandang, 1001 perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sampai Kathy berbisik,
"Kamu pernah mencium seorang gadis?"
"T... Tidak pernah," jantungku berdebar keras, aku tidak pernah sedekat ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali tampak merah padam, tapi malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang harum, padat tapi lembut sekali.
"Aku juga," kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.
"Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi..."

Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan... Bibirku bersentuhan dengan bibirnya... Kami berciuman sambil menutup mata, bibir kami saling bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling menyentuh dan membelai... Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!!! Getaran sentuhan bibir kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaaat sekali, sulit kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti karena kami kehabisan napas.

"Ohh, luar biasa, manis sekali," desahku.
Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.
"Mnnn... Mmmhmm." tawanya yang genit lagi.
"Apa yang sangat lucu?" tanyaku penuh tanda tanya.
"Aku dapat merasakan kamu." kata Kathy sambil tersenyum manis.
"Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga." kataku masih bingung.
"Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu... Um... Penismu. Aku merasakan benar-benar sangat keras."

Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku benar-benar bodoh luar biasa, dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku! Aku bisa sangat malu, tapi hal itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.

"Oh... Aku... Minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja, itu terjadi dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah." kataku terbata-bata, sambil bergerak mengangkat pinggulku.
"Hey, Aku tidak keberatan koq." kata Kathy, sambil melipat kakinya memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa bangun, dan kurasakan tonjolan penisku semakin merapat erat dengan cembungan vaginanya.
"Aku... Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya." kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.
"Benar? Bagus sekali." kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga aku semakin terangsang.
"Seberapa besarnya?" bisik Kathy.
"Apanya?!" tanyaku agak panik.

Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.

"Seberapa besarnya mmm penismu? Aku merasakan cukup besar. Aku hanya tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis bisa dimasuki yang sebesar itu?
"Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya."
"Coba kulihat," kata Kathy.

Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!

"Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?"

Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk melihat seorang gadis telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa! Tapi aku tidak yakin Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi ternyata Kathy mau! Kathy juga benar-benar ingin melihatku telanjang. Hanya untuk melihat, tanpa berbuat apa-apa lagi!

"OK, kamu dulu." kataku.
"Tidak, kita sama-sama." katanya.

Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku, demikian pula Kathy. Detak jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah melihat Kathy dalam pakaian renang, tapi ini benar-benar luar biasa. Sambil melepas bajuku, mataku tidak pernah lepas dari bra-nya yang berwarna putih, dan juga kulit tubuhnya yang kuning mulus. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan begitu luar biasa, apalagi ketika Kathy membuka kaitan bra-nya dan melepaskannya... Jantungku seakan berhenti bertetak...

Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada seorang gadis!!! Bulat, putih bagai cream, putting kecil berwarna pink yang mencuat indah sekali. "Mmm." Guman Kathy menyadarkanku. Kathy tersenyum-senyum malu melihatku terbengong-bengong melihat kemulusan buah dadanya.

Bersambung ... Sex Education Homework II
Sex Education Homework I


Category

Seks Dengan ABG Bule

Jam sudah menunjukkan pukul 2.00 siang. Hari ini berlalu dengan sangat membosankan. Meeting tentang implementasi software masih saja berlangsung sedari pagi tadi. Si konsultan yang sok pinter itu masih melakukan presentasi tentang feature-feature softwarenya. Sudah penat pikiranku mendengarnya, sehingga kadang kala aku berpikir.. Kalau saja ini semua cuma film, aku tinggal menekan tombol "fast forward" saja biar cepat selesai. Aku terpaksa ikut meeting ini karena semua board of management datang, termasuk the big boss.., my dad.

Begitu seriusnya meeting tersebut, hingga makan siangpun dilakukan di ruang meeting dengan membeli nasi kotak. Shit! Because having lunch is my favorite time in the office.. He.. He..

Jam 3.15 selesai jugalah segala macam cobaan ini. Aku bergegas kembali ke ruanganku bersama Lia, sekretarisku. Di lobby tampak resepsionis baru, Dian, tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda hormat. Kubalas senyumnya sambil memperhatikan Noni yang duduk di sebelah Dian. Resepsionis yang satu lagi ini tampak jengah dan pura-pura tidak melihatku. Memang akhir-akhir ini dia tampak ketakutan bila bertemu, mungkin karena sering aku pakai dia untuk memuaskan nafsu birahiku.

Resepsionis baru Dian, adalah bekas pegawai salon langgananku. Aku rekrut dia karena memang kantorku butuh resepsionis cadangan kalau-kalau Noni tidak masuk. Tetapi alasan utama adalah karena bentuk fisik terutama buah dadanya yang amat mengusik nafsu kelelakianku.

Lia kembali ke mejanya, sedangkan aku masuk ke ruanganku. Sesampai di dalam, kuhempaskan tubuhku di kursi sambil menghela nafas panjang. Kubuka laptopku untuk browsing internet guna menghilangkan penat. Aku buka situs "barely legal teens" yang menampilkan ABG bule yang cantik-cantik. Melihat gambar-gambar itu, tiba-tiba aku teringat pengalamanku beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kuliah di Amerika.

*****

Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Anaheim, California. Apartemenku ini terletak tak jauh dari Disneyland, sehingga banyak turis yang berkunjung ke daerah itu. Aku mengambil pasca sarjana di sebuah universitas yang tak jauh dari apartemenku. Singkat kata, lokasi apartemenku ini strategis sekali, kemana-mana dekat.

Kadang kala di akhir pekan, bila tidak ada acara lain, aku berkunjung ke rumah sepupuku di Long Beach. Sepupuku ini, Linda, berusia jauh lebih tua dariku, dan mempunyai anak laki-laki remaja. Namanya Franky, berumur 17 tahun, dan waktu itu duduk di bangku SMA/high school.

Pada suatu hari, aku mendapat undangan bbq dari Linda, sepupuku itu. Kukebut Honda Civic-ku menembus belantara highway menuju Long Beach. Tak lama, akupun sampai di rumahnya yang mempunyai pekarangan cukup luas.

"Hi.. Bert, ayo masuk" Linda menyapaku.
"Sombong nih udah lama nggak ke sini"
"Sedang sibuk nih, banyak tugas" alasanku.

Memang beberapa minggu ini aku menghabiskan akhir minggu bersama-sama dengan teman-temanku.

"Hi.. Oom Robert" Franky menyapaku.
"Gimana notebook-nya sudah nggak pernah ngadat lagi khan?"
"Nggak Frank.. Kamu memang jago" pujiku.

Franky ini memang terkenal pintar, dan hobby komputer. Notebook-ku yang rusak bisa dia perbaiki, sedangkan saat aku bawa ke toko tempat aku membeli, aku disarankan untuk membeli yang baru saja. Wajahnya pun ganteng, hanya saja dia agak sedikit feminin. Berkacamata, selalu berpakaian rapi, dengan rambut kelimis disisir ke samping, membuatnya tampak smart, santun, dan.. Anak Mami.

"Ini Oom, kenalin my special friend" katanya.

Agak kaget juga aku melihat gadis ABG yang muncul dari dalam. Dia gadis bule seusia Franky, dengan tubuh yang tinggi semampai dan rambut pirang sebahu.

"Hi.. I am Kirsten" katanya menyapaku.
"Hello.. I am Robert. Nice to meet you" kataku sambil menatap matanya yang berwarna biru.
"Hebat juga kamu Frank" kataku menggoda. Diapun tertawa senang.

Kami pun lalu ke halaman belakang, dimana bbq diadakan. Beberapa tamu telah datang. Freddy, suami Linda tampak sedang mempersiapkan peralatannya. Akupun kemudian berbincang basa-basi dengannya.

Sepanjang acara, kadang aku lirik Kirsten, ABG bule itu. T-shirt warna hijau ketatnya memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang terbungkus BH. Karena ukuran buah dadanya yang besar, saat dia berjalan, buah dadanya itupun bergoyang-goyang menggemaskan. Ditambah dengan celana pendek jeans yang memperlihatkan pahanya yang mulus menambah indahnya pemandangan saat itu. Celana jeans yang pendek itu kadang memperlihatkan sebagian bongkahan pantatnya. Memang saat itu sedang musim panas, sehingga mungkin wajar saja berpakaian minim seperti itu.

"Bert, kita mau minta tolong nih. Aku dan Freddy mau ke pesta penikahan temanku di New York. Tolong ya kamu jagain rumah sama si Franky. Tolong awasin dia supaya nggak macem-macem" Linda meminta bantuanku ketika kami telah menyantap makan malam kami.
"Yach OK deh.. Asal ada oleh-olehnya saja" jawabku.
"Beres deh.." sahut Linda sambil tertawa.
"Memang perlu juga nih pergantian suasana untuk beberapa hari", pikirku.

*****

"Frank.. Oom pergi dulu ke kampus. Ada tugas kelompok nih. Pulangnya agak malam, OK. Take care, and behave"
"Iya Oom.. Jangan kuatir." jawabnya sambil memakan cerealnya.

Sesampai di kampus, aku pun mulai menyelesaikan tugas bersama kelompokku. Ternyata cepat selesai juga tugas tersebut. Setelah makan siang di cafetaria, akupun kembali ke rumah sepupuku.

Tiba di depan rumah sepupuku itu, tampak sebuah mobil lain sedang parkir di halaman rumah. Akupun tak ambil pusing dan masuk ke ruang tamu lewat pintu belakang. Saat duduk si sofa, tiba-tiba kudengar suara-suara mencurigakan dari dalam kamar Franky. Akupun mengendap-endap menuju jendela kamarnya yang terkuak sedikit. Di dalam kulihat Kirsten sedang menciumi Franky dengan bernafsu.

"Come on open your mouth a little bit" katanya sambil kemudian terus menciumi Franky yang tampak kewalahan.
"Here touch my breasts" Kirsten menarik tangan Franky untuk kemudian diletakkannya di dadanya yang terbungkus tank top warna pink.

Aku terbeliak melihat pemandangan ini, dan tiba-tiba saja akalku berjalan. Aku bergegas ke ruanganku untuk mengambil videocam yang kugunakan kemarin untuk merekam pesta bbq. Saat aku kembali mengintip ke kamar Franky, tampak Kirsten mengangkat tank topnya sehingga menampakkan buah dadanya yang mulus dan ranum di depan wajah Franky.

"You may kiss them.. Come on.. Suck my breasts" katanya. Franky masih tampak terdiam bengong sehingga Kirstenpun tampak tak sabar dan menarik kepalanya menuju buah dadanya.
"Ahh.. Shit.. Yeah.. Suck it.. That's right.. Ahh" erangnya ketika Franky mulai menghisapi buah dadanya yang putih mulus berputing merah muda itu.

Kemaluanku memberontak di dalam celanaku, tapi tetap aku berkonsentrasi merekam semua adegan ini.

"Now it's my turn. I want to suck your cock. I want to taste Indonesian cock" Kirsten berkata seperti itu sambil berlutut di depan Franky. Dibukanya celana Franky sehingga tinggal celana dalamnya saja yang masih tertinggal.

Kirsten mulai menjilati kemaluan Franky dari luar celana dalamnya, sambil matanya menatap menggoda ke arah Franky.

"You like that? Hmm.. You like that? " erangnya menggoda.
"Ohh.." tiba-tiba Franky mengejang dan tampak cairan ejakulasinya membasahi celana dalamnya.
"Shit.. Franky.. You came already?" tampak Kirsten kecewa.
"You've never done this before huh?"

Frankypun tertunduk lesu, sementara Kirsten dengan sedikit kesal membenahi pakaiannya dan kembali bangkit berdiri. Saat itu aku mengambil keputusan untuk menerjang masuk ke dalam. Pintu ternyata tidak terkunci, dan mereka tampak kaget melihat aku masuk membawa video camera.

"What the hell are you doing?!!" tanyaku.
"Oh anu Oom.. Nggak kok.. Anu.." Franky tampak terbata-bata tidak bisa menjawab.
"It is not what it looks like. Nothing happened, sir.." Kirstenpun tampak agak sedikit ketakutan.
"Hey.. I got all the proof here" sahutku.
"I am going to tell your Mom and your parents too, Kirsten"
"Please don't.. Sir" tampak Kirsten mulai panik dan mencoba merayuku agar menyimpan rahasia ini. Sementara Franky tampak pucat pasi sambil mengenakan kembali pakaiannya.
"Stay here.. I want to talk with both of you" kataku sambil keluar membawa videocam meninggalkan mereka berdua. Kusimpan baik-baik barang bukti ini.

Sekembalinya ke ruangan itu, Franky dan Kirsten tampak gelisah duduk di tepi ranjang. Persis seperti maling yang tertangkap di tayangan Buser SCTV He. He..

"You won't tell anybody, will you sir? " tanya Kirsten berharap.
"Well.. It depends. If you let me fuck you.. I won't" jawabku.

Aku memang horny sekali melihat Kirsten saat itu. Dengan rok mini dan tank top-nya, tampak kesegaran tubuh ranum ABG bule ini.

"Lho kok.." tanya Franky kaget.
"Iya Frank. Oom pengen ngerasain pacarmu ini. Ngerti!! Sekalian kamu bisa belajar gimana lelaki sejati make love. Biar nggak malu-maluin" jawabku.
"You want to taste real indonesian cock, don't you? You little slut" kataku sambil meremas-remas rambut pirang Kirsten.

Akupun lalu duduk di samping gadis remaja bule ini di ranjang. Kuremas-remas pundaknya yang mulus.

"Pindah sana.. Duduk di kursi!!" perintahku pada Franky.

Kutarik wajah cantik Kirsten, dan kukulum bibirnya. Sementara tanganku meremas-remas buah dadanya dari balik tank topnya. Pertama kali dia tak memberikan reaksi, akan tetapi setelah beberapa lama, dia mulai mengerang nikmat.

"Hmm.. Hmm" erangnya ketika tanganku merogoh ke balik tanktopnya dan memilin puting buah dadanya yang telah mengeras.

Kuangkat ke atas tank topnya sehingga buah dadanya yang tak tertutup BH mencuat menantang di depan wajahku.

"You want me to suck your breast?" tanyaku.
"Hmm.. Yeah.. Please sir.." jawabnya mendesah.
"Ahh.. Sstt.. Oh yeah.." erangnya lagi ketika buah dadanya aku hisap sambil tanganku memainkan puting buah dadanya yang lain.
"Ini namanya nipple, Frank. Cewek biasanya suka kalau bagian ini dijilat dan dihisap. Ngerti?" kataku sambil menunjukkan cara menjilat dan menghisap puting buah dada kekasih cantiknya ini. Sementara Kirsten makin mengerang tak karuan menerima kenikmatan yang diberikan mulutku di dadanya.
"Ok now it is your turn to suck my cock. You want it, right?" tanyaku sambil berdiri menghadapnya yang duduk di atas ranjang.
"Come on open your present, you naughty girl!!" perintahku lebih lanjut.

Tangan halus Kirstenpun mulai membuka retsleting celanaku. Karena tak sabar, akupun membantunya membuka celana itu berikut celana dalamnya. Tampak kemaluanku sudah berdiri tegak dengan gagahnya di depan wajah cantik Kirsten.

"Is it big enough for you, Kirsten?" tanyaku sambil meremas-remas rambut pirangnya.
"Yes, sir.. Very big.." jawabnya sambil tangannya mengelus-elus kemaluanku. Matanya yang biru indah tampak sedang mengagumi kemaluanku yang besar.
"What are you waiting for? Come on suck my big Indonesian cock. Let your boyfriend watch!!" perintahku sambil sedikit mendorong kepalanya ke arah kemaluanku.

Kirstenpun mulai mengulum kemaluanku. Sesekali dijilatinya batang kemaluanku sambil matanya menatapku menggoda.

"You like it, huh?" tanyaku sambil meremas remas rambutnya gemas.
"Yes.. Very much, sir" katanya sambil tersenyum manis.

Tangannya yang halus mengocok-ngocok kemaluanku. Dijilatinya kepala kemaluanku, dan kemudian dikulumnya lagi senjata pamungkasku. Mulutnya yang berbibir tipis khas orang bule tampak penuh disesaki kemaluanku. Kusibakkan rambutnya yang jatuh menutupi, sehingga pipinya yang menonjol menghisapi kemaluanku tampak jelas tertampang di hadapan Franky.

"Lihat Frank.. Cewekmu suka banget kontol Oom. Makanya kalau punya kontol yang besar.." kataku menggoda Franky.

Di atas kursi, Franky terdiam bengong melihat pacar bulenya yang cantik sedang dengan lahap menghisapi kemaluanku. Tampak Franky mulai terangsang karena dia mulai memegang-megang kemaluannya sendiri.

"OK.. It's time to fuck you" kataku sambil melepas baju yang kukenakan sehingga aku sekarang sudah telanjang bulat.

Aku duduk di kursi di hadapan Franky dan kuminta Kirsten untuk menghampiriku. Kusuruh dia duduk dipangkuan membelakangiku. Kuciumi pundak Kirsten yang masih mengenakan tank topnya, dan kuraba pahanya yang putih menggairahkan itu. Sesampai di celana dalamnya, kusibakkan celana itu ke samping sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu, merekah mengundang. Kupermainkan jariku di vaginanya, dan kuusap-usap klitorisnya. Tubuh Kirsten agak sedikit melonjak sambil dia mengerang-erang kenikmatan.

"Yeaah.. That's it.. That's it" desahnya sambil menggelinjang.
"Ini namanya klitoris, Frank. Ini daerah paling sensitif. Catat itu!" kataku. Franky tampak masih mengusap-usap kemaluannya sendiri melihat kekasih bulenya kukerjai.
"You want me to fuck you now?" tanyaku pada Kirsten yang terus menerus mengerang dan mendesah.
"Please.. Please.." jawabnya.
"But your boyfriend is looking" kataku lagi.
"I don't care. Please fuck me, sir.." Kirsten menjawab sambil meraba-raba buah dadanya sendiri. Tanganku masih mengusap-usap kemaluan gadis remaja cantik ini sementara mulutku menciumi pundaknya yang bersih mulus.

Franky tiba-tiba berdiri dari kursi dan menuju Kirsten. Tangannya mengusapi rambut Kirsten sementara tangannya yang lain mulai membuka retsleting celana yang dikenakannya.

"Hey!! Mau ngapain kamu? Nggak usah ikut-ikut. Balik duduk sana. Kamu lihat saja dulu!!" perintahku. Dengan menurut Frankypun kembali duduk menatap pacarnya yang sedang akan disetubuhi Oomnya.

Kirsten mengarahkan kemaluanku ke vaginanya. Ketika dia merendahkan tubuhnya, sedikit demi sedikit kemaluanku pun memasuki tubuhnya.

"Hmm.. Oh my god.. Ohh.." erangnya ketika vaginanya disesaki kemaluanku.
"You like that?" tanyaku.

Kirsten tak menjawab, akan tetapi dia mulai menaik turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Badannya agak aku condongkan ke belakang hingga aku dapat menciumi bibirnya, tatkala kemaluanku memompa vagina ABG bule cantik ini. Tanganku menarik tanktopnya ke atas sehingga buah dadanya yang berayun-ayun menggemaskan dapat aku remas sepuas hati.

"Perhatikan baik-baik Franky. Begini caranya memuaskan pacarmu!!" kataku di sela-sela erangan Kirsten.

Setelah beberapa lama, aku turunkan tubuh Kirsten dari pangkuanku, dan kutarik dia menuju ranjang. Kurebahkan tubuhku di ranjang dan Kirsten kemudian menaiki tubuhku.

"I want to ride your big dick. Is it Ok, sir?" tanyanya.
"Yes.. Do it. Let your boyfriend watch and learn!" kataku.

Kembali vagina sempit Kirsten menjepit nikmat kemaluanku. Tubuh padatnya tampak naik turun menikmati kelelakianku, terkadang digesek-gesekkannya pantatnya maju mundur menambah sensasi nikmat yang aku rasakan.

"Oh my god.. So big.. Yes.. Yess.. Oh yess.." erang Kirsten sambil terus memompa kemaluanku.

Kulihat Franky sekarang sedang mengocok kemaluannya sendiri. Mungkin sudah tidak tahan dia melihat pacarnya aku setubuhi.

"Ohh.. I am cumming.. Yeahh.." jerit Kirsten sambil menjatuhkan tubuhnya dipelukanku.

Tampak butiran keringat membasahi keningnya. Kuusap rambutnya dan kuciumi wajahnya yang cantik itu.

"OK I want to cum in your pretty face. Suck it again" perintahku.

Kirstenpun kemudian menciumi wajahku, leherku kemudian menghisap puting dadaku. Kemudian dengan gaya menggoda, dia menjilati perutku dan terus menuju ke bawah. Tak lama kembali mulutnya menghisapi kemaluanku dengan bernafsu.

"Look at your boyfriend while you are sucking my cock!!" perintahku.

Kirsten pun menoleh ke kiri ke arah Franky sementara kemaluanku masih menyesaki mulutnya. Tangannya menyibakkan rambutnya sendiri, sehingga pacarnya dapat melihatnya dengan jelas ketika dia mengulum kemaluanku.

"Ehmm.. Ehmm.." erangnya sambil tangannya mengocok bagian bawah batang kemaluanku yang tidak muat masuk ke dalam mulutnya.

Aku memandang Franky sambil mengelus-elus rambut pirang pacarnya yang cantik ini. Tampak makin cepat Franky mengocok kemaluannya sendiri sambil menatap Kirsten yang sedang menghisapi kemaluanku.

"Ahh" Tak lama Frankypun menjerit ketika dia mengalami orgasme. Sementara Kirsten, pacarnya, masih menikmati kemaluanku dengan lahap.
"Oh shit.. I am cumming.." jeritku.

Kirsten membuka mulutnya ketika cairan ejakulasiku tersembur keluar mengenai wajah dan mulutnya.

*****

Mengenang kejadian itu, terasa nafsu birahiku timbul. Terlebih setelah melihat gambar di notebookku dimana seorang laki-laki sedang dihisap kemaluannya oleh seorang wanita, sementara dia melahap buah dada wanita yang lain dengan rakusnya.

"Masih ada waktu untuk melakukan seperti itu", pikirku setelah melihat jam tanganku. Memang sore itu aku ada janji untuk latihan driving dengan seorang teman.
"Lia.. Tadi bapak sudah pulang belum?" tanyaku lewat telepon pada sekretarisku.
"Sudah Pak.. Sehabis meeting tadi langsung pulang" jawabnya.
"Kalau gitu kamu kemari sebentar. Ajak Dian juga", perintahku lebih lanjut. Memang enak punya karyawati cantik.

TAMAT
Seks Dengan ABG Bule


Category

Asiknya Ngentot Tante Yohana

Kisahku dengan Tante Mira terus berlanjut dengan gaya permainan cinta yang semakin seru karena baik Tante Mira maupun aku saling mengeluarkan fantasi masing-masing (akan saya ceritakan lain waktu), hingga pada suatu saat Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.

Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang.

"Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry" kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.
Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.
"Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?" tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.
"Mmm.. gimana apanya Tante?" jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.
"Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah" jawab Tante Mira agak sewot.
"Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh" jawabku sambil tersenyum.
"Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya" tanyaku pada Tante Mira.
"Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian" jawab Tante Mira.
"Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?" tanya Tante Mira dengan wajah serius.
"Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia" jawabku serius juga.
"Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia" kata Tante Mira was-was.
"Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo" jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.
"Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh" katanya lagi sambil menghembuskan nafas.
"Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja" jawabku kemudian.
"Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu" kata Tante Mira kemudian.
Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.

Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.
"Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?" tanya Tante Yo dari seberang.
"O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?" jawabku sambil bertanya.
"Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?" tanyanya lagi.
"Sudah sih, mm.. memang Tante serius?" tanyaku lagi pada Tante Yo.
"Serius dong, gimana kamu okekan?" tanya Tante Yo lagi.
"Kalo gitu oke dech" jawabku singkat.
Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel "XX" didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.

"Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya" kata Tante Yomemberitahukan kamarnya.
"Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby" jawabku singkat dan menutup pembicaraan.
Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.
"Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya" kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.
"Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung" jawabku.
"Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he" jawab Tante Yo bercanda.

Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.
"Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini" kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas.
"Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya" jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.
Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.
"Terima kasih sayang" kata Tante Yo.
Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.

Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.
"Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini" kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.

Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.

"Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh" desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.
Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.
"Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya" kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.

Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo.

Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.

"Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang" teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.
Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya.

Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.
"Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila" teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.

Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.

"Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. " jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.
Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.
"Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu" pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.

Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.
"Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh" jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.

Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.
"Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante" kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.
"Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh" teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.

Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.

Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.

"Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante" kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.
"Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali" balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh.

Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan Tante Mira.

TAMAT
Asiknya Ngentot Tante Yohana


Category